Terapi Oksigen Hiperbarik (HBOT) baru segelintir orang saja yang mengenalnya. Di Indonesia sendiri pemanfaatan HBOT pertama kali di Lakesla (Lembaga Kesehatan Kelautan) yang bekerja sama dengan Rumah Sakit angkatan Laut Dr. Ramelan, Surabaya pada tahun 1960. Hiperbarik Oksigen Terapi merupakan pengobatan sistemik dengan menggunakan media nafas oksigen 100% dan tekanan lebih dari atmosphere diberikan melalui masker. Terapi HBOT ini juga berdasarkan teori fisika dasar dasar dari hukum-hukum Dalton, Boyle Charles dan Henry.
Terapi Oksigen Hiperbarik adalah terapi medis dibidang kedokteran (Edvidence Base Medicine) dan telah terbukti secara klinis dengan cara menghirup oksigen murni di dalam suatu ruangan bertekanan tinggi. Efek yang didapat dari terapi HBOT ada dua yang pertama efek mekanik dan kedua efek fisiologis. Efek fisiologis dapat dijelaskan melalui mekanisme oksigen yang terlarut dalam plasma. Pengangkutan oksigen ke jaringan meningkat seiring dengan peningkatan oksigen terlarut dalam plasm, bahwa tidak ada oksigen pada tingkat seluler akan menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme mendapat kondisi yang optimal. Efek mekanis berupa peningkatan parsial Oksigen dalam darah dan jaringan akan memberikan manfaat terapeutik seperti, bakteri ostatik pada infeksi kuman anaerob, detoksikasi pada keracunan karbon monoksida, sianida dan hidrogensulfida.Reoksigenasi pada kasus iskemia kronis, luka yang tidak sembuh, nekrosis radiasi, skin garft preparation dan luka bakar.
HBOT memiliki mekanisme dengan modulasi nitrit okside (NO) pada sel endotel. Pada Selendotelini HBOT juga meningkatkan inter mediate vascular indotelial growth factor (VEGF). Melalui siklus Krebs terjadi peningkatan NADH yang memicu peningkatan fibroblas. Fibroblas yang diperlukan untuk sintesis pada proses remodeling, salah satu tahapan dalam penyembuhan luka. Kondisi ini akan memicu peningkatan fibroblas, sintesa kolagen, rasio RNA/DNA, peningkatan leukosit killing, serta angiogenesis yang menyebabkan neovaskularisasi jaringan luka. Densitas kapiler akan meningkat sehingga daerah peningkatan nitrit okside (NO) hingga 4-5 dengan di iringi pemberian oksigen hiperbarik 2-3 ATA selama 2 jam. Hasilnyapun sangat memuaskan yaitu penyembuhan jaringan luka. Tetap ini paling banyak dilakukan pada pasien dengan diabetes militus dimana yang memiliki luka yang sukar sembuh karena buruknya perfusi perifer dan oksigenisasi jaringan di distal.
1. Embolisme gas dan udara
2. Keracunan Karbonmonoksida (CO Smoke Inhalation)
3. Cedera Remuk (Cruh Injury)
4. Keracunan Gas Sianida
5. Penyakit Dekompresi
6. Meningkatnya penyembuhan luka-luka pada Ulkus statis venosus ,Ulkus dekubitus , Ulkus insufiensi
arterial
7. Anemia (exeptional blood loss)
8. Infeksi jaringan lunak bernekrosis
a) Selulitis anaerob
b) Gangrene bakterial progresif
c) Penyakit fournier
9. Gas ganggren kuman Clostridial
10. Osteomyelitis refrakter
11. Nekrosis karena Radiasi
12. Skin Graft & Flaps
13. Luka bakar
kelainan paru tertentu, infeksi saluran napas atas dan beberapa kondisi medis tertentu akan menyebabkan pasien kesulitan menyesuaikan diri di dalam ruang hiperbarik. Sebelum melakukan terapi harus melakukan konsultasi dahulu dengan dokter ahli hiperbarik.
1. Efek samping yang biasa terjadi adalah ketidakmampuan pasien menyesuaikan tekanan dalam ruangan hiperbarik. Masalah yang paling umum adalah trauma pada telinga dan sinus karena perubahan tekanan (terapi akan dihentikan sampai tekanan dapat di samakan antara di dalam telinga dan di luar telinga).
2. Suhu akan meningkat sedikit selama proses tekanan awal berlangsung. Suhu akan kembali normal bahkan cenderung lebih dingin dibanding suhu ruangan selama proses perawatan berlangsung. Sangat penting untuk selalu bernapas normal tanpa menahan nafas Anda.
3. Beberapa pasien mungkin akan mengalami peningkatan jarak pandang selama perawatan. Simpan kacamata Anda, karena perubahan jarak pandang ini bersifat sementara dan biasanya akan kembali ke kondisi pra-perawatan dalam waktu 3-4 bulan.
4. Kecemasan (clausthrophobia) dikelola dengan menjaga komunikasi yang baik dengan seluruh staf dan dokter ahli hiperbarik kami
5. Klien dengan katarak mungkin mengalami percepatan kematangan katarak namun HBOT tidak menyebabkan pembentukan katarak
6. Toksisitas oksigen dapat mempengaruhi otak. Kejang jarang terjadi saat HBOT. Kejang akibat keracunan oksigen akan berakhir pada saat klien berhenti menghirup oksigen murni. Jika Anda melihat ada perilaku yang tidak biasa selama pengobatan, segera memberitahu staf kami baik yang di dalam chamber ataupun di luar, maka dokter ahli hiperbarik kami akan segera mengintruksikan penanganan yang terbaik untuk Anda.
7. Toksisitas paru dapat terjadi pada pasien yang menerima oksigen berlebih. Hal ini sangat jarang terjadi selama mengikuti semua protokol yang ada saat ini.
Jika Anda lupa kata sandi Anda, Masukkan Email Anda